Gaya menulis merupakan representasi dari ranah metakognitif manusia yang dibentuk oleh pendidikan dan cara berpikir. Cara berpikir setiap orang bisa berbeda, perbedaan tersebut timbul karena setiap penulis memiliki latar belakang suku, budaya, ras, dan lain-lain. Sehingga pada saat menulis jurnal atau karya ilmiah, ada beberapa hal yang sering dianggap oleh reviewer jurnal internasional sebagai kesalahan umum dan "Tidak Sesuai" sehingga harus dihindari oleh para penulis. Berikut adalah 5 Kesalahan Umum Penulis Jurnal Yang Harus Dihindari :
1. Berbelit-belit
Jurnal atau karya ilmiah adalah tulisan akademis yang seharusnya ditulis "Straight to the point". Kebanyakan penulis di Indonesia cenderung berbelit-belit dalam menyampaikan sebuah ide. Sebuah paragraf yang bagus memiliki 1 ide pokok yang lebih baik diletakkan di kalimat pertama kemudian diikuti penjelasan 3-5 kalimat (deduksi). Untuk menghindari hal ini, penulis disarankan untuk membuat kerangka penulisan (outline) untuk menghindari menulis ide dengan berbelit-belit.
"Penyakit" orang Indonesia ini sangat umum, karena pola pikir suatu masyarakat dibentuk oleh masyarakat itu sendiri. Orang Indonesia memang cenderung berpikir induktif, menjelaskan alasan-alasan umum sebelum menyebutkan ide pokok. Contoh nyata terlihat pada saat anak-anak sekolah meminta maaf terlambat sekolah. "Maaf pak, saya tadi sebenarnya sudah bangun pagi tetapi saat di jalan sekolah saya bertemu orang tua yang mendorong gerobak sendiri, lalu saya bantu dorong sampai rumah. Jadi saya telat".
Sedangkan dalam jurnal karya ilmiah hal yang paling diutamakan adalah pernyataan ide pokok terlebih dahulu, baru diikuti oleh kalimat penjelas. Walaupun cara berpikir sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya, tetapi gaya penulisan yang baik bisa dilatih dengan menggunakan outline.
2. Pengulangan Berlebihan
Tidak jarang penulis cenderung mengulang-ulang satu paragraf dengan isi yang sama berulang-ulang di beberapa bagian jurnal. Terutama pada bagian hasil interview, kebanyakan penulis Indonesia selalu mengulang-ulang 1 poin saja. Idealnya, cukup finding disebutkan satu kali di awal, kemudian dijelaskan dengan hasil kuesioner atau interview tanpa harus menyebutkan finding tersebut dalam setiap kutipan hasil interview.
3. Penggunaan Kalimat Tidak Penting
Waktu masih sekolah, sering dulu guru mengajarkan menulis bebas yang dinilai berdasarkan banyak tidaknya hasil tulisan. Mungkin ini juga membentuk cara pikir mahasiswa dalam menulis skripsi/tesis dan jurnal. Namun akhir-akhir ini sudah banyak dosen yang memahami bahwa Skripsi, Tesis dan Disertasi yang baik bukanlah yang tebal dan berat, tetapi yang "Powerful" dalam artian memilikii konten yang berkualitas. Tidak perlu menjelaskan hal yang tidak perlu dijelaskan, karena di dalam sebuah jurnal, harus fokus pada ide jurnal tersebut.
4. Penggunaan Istilah Yang Salah
Penggunaan istilah yang salah sering kami temui terutama tentang penggunaan istilah-istilah dalam metode pembelajaran dan penelitian. Dalam bahasa Indonesia, model pembelajaran merujuk pada cara mengajar, sedangkan dalam bahasa inggris, tidak ada istilah "Learning model" adanya "Method/strategy".
Selain itu banyak mahasiswa masih bingung dengan penggunaan istilah dalam penelitian korelasi dan eksperimen. Dalam penelitian korelasi, yang dicari adalah hubungan antar variabel tanpa ada treatment. Sedangkan dalam penelitian eksperimen, peneliti memberikan treatment, dan segala perubahan yang terjadi pada variabel penelitian disebabkan oleh treatment. Sehingga, penggunaan kata "efek (effect)" lebih tepat digunakan pada penelitian eksperimental, dan hubungan (influence) pada penelitian korelasi.
5. Kesalahan Penerjemahan
Sebagai agensi translate atau penerjemah profesional, kami menerapkan harga proofread dan translate yang tidak jauh berbeda. Hal ini dikarenakan 90% naskah yang ditranslate sendiri oleh penulis harus kami rombak total. Beberapa kali klien kami harus membayar dua kali karena awalnya mereka memilih menerjemahkan naskah jurnalnya pada agensi penerjemah yang menawarkan harga murah dan waktu pengerjaan yang cepat. Sehingga setelah masuk dapur review, naskah dikembalikan karena harus ada perbaikan major pada segi bahasa.
Menerjemahkan naskah akademik bidang lain dengan hasil maksimal dalam waktu yang cepat dan harga murah sudah pasti TIDAK MUNGKIN. Kecuali menggunakan mesin penerjemah (seperti Google Translate), tetapi jurnal tidak bisa diterjemahkan dengan mesin karena mesin tidak punya "Feeling dan sense of language".
Beberapa hal di atas adalah 5 Kesalahan Umum Penulis Jurnal Yang Harus Dihindari. Semoga dapat membantu Anda untuk meningkatkan kualitas jurnal karya ilmiah yang Anda tulis. Untuk membuat sebuah karya penulisan ilmiah jurnal yangg berkualitas, tentunya diperlukan berbagai usaha dan upaya pembelajaran yaang terus menerus. Keep Learning Guys!