Published : 15 March 2022


MENULIS UNTUK JURNAL VS MENJURNALKAN TULISAN.

Idealnya, kita menulis artikel yang sudah didesain khusus untuk disubmit ke jurnal tertentu karena kemungkinan untuk diterima sangat tinggi. Sebuah jurnal itu sejatinya berjualan artikel. Mereka butuh banyak artikel yang menarik minat orang lain untuk membaca. Apa saja yang harus DISESUAIKAN?

  1. Trending topic yang sedang diutamakan,
    Dalam scope jurnal, pasti akan disebutkan topik-topik yang sedang trending. Pada saat pandemic Covid-19 misalnya, artikel yang melibatkan variabel “Pandemi” memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk diterima. Kita juga bisa menyesuaikan trending topic pada bidang ilmu kita dan menggabungkan dengan trending topic global. Misalnya dengan membahas pendekatan pembelajaran TPACK dengan konteks pandemi.
  2. Perbanyak sitasi dari artikel yang dipublish di jurnal tersebut. Secara tidak langsung, kutipan-kutipan dari artikel jurnal yang dituju menunjukkan bahwa kita menganggap jurnal tersebut sebagai referensi terpercaya.
  3. Download artikel lain sebagai model. Umumnya, setiap jurnal punya ciri-khas tertentu. Misalnya, ada jurnal yang lebih suka penggunaan kata ganti “We (kami)”, tetapi ada juga yang lebih suka menggunakan “The researcher”.
  4. Cari jurnal lain dengan scope yang serupa. Untuk berjaga-jaga tidak diterima di jurnal tujuan pertama, kita perlu melirik jurnal lain yang mungkin memiliki IF lebih rendah, atau menurunkan kelas Scopus atau Sinta nya.

Tetapi, ada kalanya kita dalam posisi kepepet harus segera publikasi, padahal belum juga selesai researchnya. Harus bagaimana? Jurnalin saja skripsi/tesis atau tugas akhir waktu jaman kuliah. Cara ini tentu saja memiliki banyak kekurangan, karena kita mencoba mencocok-cocokkan artikel kita yg mungkin sudah “jadul”. Tetapi bisa dicoba! Apa saaja yang harus DIUSAHAKAN?

  1. Modifikasi bagian PENDAHULUAN dan DISKUSI. Bagian metode dan hasil tentu saja sudah mentok, tidak bisa diubah. Sebisa mungkin, kita bawa-bawa yang sedang menjadi trending topic saat ini.
  2. Ganti referensi/sitasi jadulmu dengan referensi yang lebih terkini.
  3. Turunkan ekspektasi untuk masuk jurnal bergengsi. Yang penting publish dulu di jurnal non-predatory. Masalah impact factor jangan diutamakan. Lagipula, setelah publish, masih bisa menulis artikel lagi dalam keadaan yang lebih ideal.
  4. Pastikan bahasa artikelmu bagus, tidak ada kesalahan grammar. Sudahlah topik kita jadul, ditambah bahasa yang semrawut. Sudah pasti ditolak. Tidak apa-apa bayar jasa translate jurnal, karena publikasi ilmiah adalah investasi karir akademisi. Kelak saat kita jadi professor (aaminn), mahasiswa-mahasiswa kita akan membaca artikel kita lho!


Pencarian
Ikuti Kami